Mewujudkan Kartini Masa Kini melalui Program CSR Pemberdayaan Perempuan


Dalam rangka memperingati Hari Kartini pada 21 April lalu, Olahkarsa ingin terus memupuk semangat kebangkitan perempuan Indonesia di era milenial. Olahkarsa berkolaborasi dengan KCPI (Komunitas CDO Pertamina Indonesia) dalam CSR Stories dengan mengusung topik “Tantangan Kartini Masa Kini dalam Community Development”. Sosok perempuan muda yang menjadi narasumber kali ini datang dari Community Development Officer PT Pertamina DPPU Ngurah Rai yaitu Dhita Utami yang akan menunjukkan bagaimana seharusnya perempuan bantu perempuan, perempuan menguatkan perempuan, serta perempuan berdayakan perempuan.

Implementasi program CSR PT Pertamina DPPU Ngurah Rai berfokus pada pemberdayaan perempuan, terutama penyandang disabilitas yaitu para teman tuli. Program bertajuk Catur Gandewa Nangun Dewata yang dibentuk Pertamina DPPU Ngurah Rai dilatarbelakangi adanya dampak negatif pariwisata Bali atau mereka sebut dengan Imbalance Dewata. Program CSR yang telah dipaparkan Dhita Utami dilakukan di Desa Bengkala, Kabupaten Buleleng dengan membentuk Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM) Bengkala, dimulai pada 2017. Terdapat 3 program utama yang akan dirangkum sebagai berikut.

  • Peningkatan kapasitas masyarakat. Di Desa Bengkala sendiri, sekitar 40 penduduk desa ini tuli atau dalam bahasa setempat disebut kolok. Tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, serta tingkat keterampilan yang rendah menjadi permasalahan mendasar masyarakat desa. Pertamina DPPU Ngurah Rai mencoba membangkitkan semangat teman tuli di desa ini dengan melakukan berbagai pemberdayaan masyarakat yang melibatkan mereka. Dibidang ekonomi, Pertamina DPPU Ngurah Rai melaksanakan pelatihan pembuatan produk Bali seperti jamu, camilan, inka, batik, tenun, serta dupa yang kemudian dibantu dalam pemasaran dan pengembangan bisnisnya. Pada 2020, Pertamina DPPU Ngurah Rai mendirikan SMP Inklusi guna mewujudkan masyarakat yang melek aksara. Perusahaan menaruh perhatian tinggi pada masyarakat kolok di desa ini dengan berupaya mengasah keterampilan mereka melalui pelatihan tari-tarian Bali.
  • Sign Language Academy (SLA). Pertamina DPPU Ngurah Rai berusaha ingin meningkatkan kepercayaan diri masyarakat kolok dalam berinteraksi dengan teman dengar melalui SLA. Program ini dilaksanakan untuk mencapai kesetaraan komunikasi kolok dengan teman dengar melalui pembelajaran bahasa isyarat yang ditujukan pada teman dengar. Sign Language Academy memanfaatkan teknologi daring untuk memperluas cakupan penerima manfaat. Terdapat 42 orang dengar yang tergabung dalam kelas Sign Language Academy.
  • Program pemulihan ekonomi : PPDC (Program Penanggulangan Dampak Covid-19). Pemberdayaan perempuan dilakukan di Desa Kelan dengan meningkatkan keterampilan menjahit melali produksi masker tenun NunDeka. Di Desa Selat, pemberdayaan perempuan dilakukan melalui produksi jaja upakara Bali (sarana untuk sembahyang umat Hindu di Bali). Selain itu Pertamina DPPU Ngurah Rai memberdayakan Orang Dengan HIV/AIDS melalui produksi hand sanitizer spray. Sedangkan untuk Desa Bengkala sendiri, perusahaan memberdayakan masyakarat KEM Kolok Bengkala melalui produksi tenun bengkala dan produksi camilan khas Bali.

Dengan dilaksanakannya berbagai program pemberdayaan perempuan oleh Pertamina DPPU Ngurah Rai, kemudian melahirkan beberapa perempuan hebat dari Desa Bengkala. Sebagai penutup, Dhita Utami menuturkan beberapa cara bagaimana untuk para perempuan agar menjadi perempuan tangguh 4.0. Perempuan harus bisa menjadi serba bisa melakukan banyak hal, memperluas networking, melek digital, berani berbicara dan mengutarakan pendapat, dan pada akhirnya perempuan haruslah bermanfaat juga bagi perempuan lain.

Share article

Tags

Hana Ghaliyah